“USTAD KW”~~~Karya: Yulian
Istiqomah (Tahun 2014)
(dengan iringan music) oleh narator
(musik meninggi sejenak)
Para pemirsa… Klub “Teater FATWA” MTsN Sumberagung
Jetis Bantul di bawah bimbingan Ibu Yulian
Istiqomah dan Ibu Lutfiatul
Khasanah, segenap kru Poduksi, dan Supervisor Muh. Annas Bangkit Widyanarta dengan BANGGA….
mempersembahkan sebuah drama musical yang berjudul “USTAD
KW” Karya Aldo Adriansyah dan Yulian
Istiqomah, dengan Pemain :Ferinda sebagai Azizah,Yahya sebagai Bapak, Erli Sebagai Emak, Rio Sebagai Ustad Sidiq, Howingsan
sebagai Nurul,
Wisnu
sebagai Slamet, Virama
sebagai Dokter, El-Rafi sebagai Ustad Somad dan Ratna sebagai Perawat.
----------Selamat Menyaksikan!!.......
ADEGAN I
SETTING:
DI SEBUAH TERAS RUMAH. TAMPAK AZIZAH SEDANG DUDUK DI TERAS RUMAH SAMBIL
MEMPERSIAPKAN MUKENA DAN ALQUR’AN YANG HENDAK DIBAWANYA MENGAJI.
1.
Azizah : “Bismillahirahmanirahiim…
semoga saja niat baikku ini diridhai oleh Allah. Membentuk generasi islami
tidak bisa instan. Harus dibiasakan! Semangat!!” SAMBIL MENGENAKAN
TASNYA. AZIZAH BERTERIAK MEMANGGIL EMAKNYA. “Mak…Maak…!”
2.
Emak : “Ono opo tho
nduk? Mamak baru nanggung ngliwet je. Lha ndi kancamu kok durung ngampiri?”
3.
Azizah : “Anu, Mak. Azizah
berangkat ngaji duluan saja. Nurul nanti biar nyusul. Assalamu’alaikum” AZIZAH BERSALAMAN DAN MENCIUM TANGAN EMAKNYA.
KETIKA HAMPIR BERLALU TIBA-TIBA SAJA NURUL DATANG SAMBIL BERLARI-LARIAN.
4.
Nurul : “Azizah!!!... tunggu-tunggu”
IA NAMPAK NGOS-NGOSAN. “Temen-temen mendadak ndak mau ngaji di tempat ustad
Somad.”
5.
Azizah : “Astaghfirullah…
memangnya kenapa, Rul. Kok aneh sekali. Kemarin kita kan sudah berjanji mau
bersungguh-sungguh mengaji?” MENATAP NURUL
HERAN.
6.
Nurul : “Begini, teman-teman mendadak takut karena isunya…
ustad Somad itu cabul. Makanya santri yang diterimanya perempuan semua.”
7.
Emak : “Masyaallah…
jangan ngawur kamu, Nduk!”
8.
Azizah : “Iya, Rul. Jangan ikut-ikutan menyebarkan Fitnah.”
9.
Nurul : “Haduh! Mak, saya itu ndak bohong. Si Fatimah yang
jadi korbannya ustad Somat. Ya… saya juga ndak dengar langsung sih.tapi
orang-orang baru heboh ngomongin ini, Mak.”
10. Azizah : “trus kita
ngaji dimana dong, Rul?” BINGUNG.
11. Nurul : “Temen-temen
trus mau ngaji di tempatnya ustad Sidiq, sahabatnya ustad Somad katanya. Yuk
kita cari tahu.” MENARIK TANGANNYA AZIZAH KELUAR PANGGUNG.
12. Azizah : “Pergi dulu, Mak. Assalamu’alaikum…” SAMBIL
BERJALAN KELUAR PANGGUNG.
13. Emak : “Yo, Nduk.
Sing ati-ati!” MERENUNG SEJENAK. LANTAS SEOLAH MENCIUM BAU SESUATU. “Walah,
mambu opo tho iki ki?” BINGUNG. “Kok Koyo mambu Goss….. Masyaallah… liwetku gosong!”
NGIBRIT MASUK KE DALAM RUMAH.
ADEGAN II
SETTING: DI TERAS RUMAH AZIZAH. BAPAK PULANG DARI SAWAH. MEMAKAI
CAPING DAN TERLIHAT KELELAHAN.
14. Bapak : “Alhamdulillah…
akhirnya sampai di rumah juga. Sayah tenan!!” MENGAMBIL RADIO YANG ADA DI MEJA DAN
MULAI MENCARI SIARAN, LALU BERHENTI KETIKA TERDENGAR SEBUAH BERITA.
Berita ”Para
Pemirsa, Seorang gadis cantik telah menjadi korban seorang ustad cabul di
sebuah dusun di Kab. Gunung Kidul. Kasus ini merebak dan membuat panik semua
orang tua santri yang putrinya belajar agama pada ustad tersebut. Namun, hingga
saat ini belum jelas dimana keberadaan gadis cantik itu, sehingga warga dan
pihak berwajib yang dilapori tentang kasus tersebut belum mendapatkan bukti
yang kongkrit, sehingga kasus ustad cabul ini masih menjadi isu yang meresahkan
warga, meskipun sang ustad mengaku tidak pernah melakukan apa yang telah
dituduhkan warga padanya...”
15. Bapak : ”Mak....
Makne!!...” RESAH MEMATIKAN RADIO DAN MEMANGGIL EMAK.
16. Emak : ”Ono opo
tho, Pak? Ini diminum dulu kopinya.” DUDUK MENYUGUHKAN KOPI. SAAT SEDANG
MENIKMATI KOPI. USTAD SIDIQ DATANG.
17. Sidiq :
”Assalamu’alaikum Pak Joko. Wuah... sedang santai nih?”
18. Bapak :
”Wa’alaikumsalam. Monggo Pak Ustad!”
19. Sidiq : ”Wah...
terima kasih, Pak Joko.” DUDUK ”Sebenarnya saya kesini mau bertanya.. apakah
bapak sudah mendengar isu tentang ustad Somad?”
MENDENGAR ITU BAPAK
DAN EMAK KAGET DAN MERASA ANEH. USTAD KOK DATANG CUMA NGAJAK NGRUMPI.
20.
Bapak : “Lho memangnya ada apa dengan ustad Somat
tho, Pak? Bukankah ustad Somat itu sahabat karib panjenengan? Anak saya juga
sering ngaji di sana.” BAPAK HERAN.
21.
Sidiq :”Nah, itu! Akan saya beri bocoran. Tapi kalau boleh...
kayaknya kopinya enak itu, Pak! Hehehehe.... ” MENDENGAR ITU EMAK MENJEB SEDANG
BAPAK MEMBERI KODE AGAR DIAMBILKAN.
22.
Bapak : “Memangnya ada apa dengan ustad
Somad tho, Pak? Setahu saya beliau sosok yang baik dan
santun.” EMAK DAT.ANG
MEMBAWAKAN KOPI UNTUK USTAD SIDIQ.
23. Emak : “Monggo,
Den… eh Pak Kyai. Diminum dulu kopinya. Ngapunten,
ndak ada camilannya.”
24.
Sidiq : SEGERA
MEMINUM KOPINYA SEOLAH BEGITU KEHAUSAN. “Alhamdulillah,
hmm…. sayang tidak ada camilannya. Padahal saya lapar sekali…” MENDENGAR UCAPAN
USTAD SIDIQ YANG SEOLAH DIUCAPKAN TANPA SADAR ITU. EMAK DAN BAPAK DIAM, SALING
BERPANDANGAN KEHERANAN.
25.
Sidiq :MENYADARI UCAPANNYA. “Oh… maksud
saya, hehehe… saya mengaji teruuus dari pagi hingga petang. Ya.. membaca Al-
Qur’an. Hehehe… Maklum saya ini kan seorang ustad, jadi semangat mengaji saya
harus melebihi santri-santri saya dong. Nah, sampai-sampai sering lupa makan.
Begitu maksud saya. Hehehehe” MENJELASKAN DENGAN GAYA BERLEBIHAN.
26.
Emak :“Oh… hehehe. Bagus itu, Pak. Putri saya
akan saya suruh ngaji di tempat Bapak saja. Daripada di tempat ustad Somat yang
cabul itu?” MENDENGAR ITU USTAD SIDIQ TERTAWA,
SEDANGKAN BAPAK LANGSUNG MENATAP EMAK TAJAM.
27.
Bapak : “Huss… jangan ngawur, Mak. Bapak kok
masih tidak percaya Ustad Somat begitu.”
28.
Sidiq : “Apa
yang dikatakan istri panjenengan betul. Memang saya ini pendatang, tetapi saya
kan sahabat Ustad Somat. Jadi, saya ini ya tahu betul bagaimana sebenarnya
ustad Somat itu. Baik setelah menjadi ustad atau belum. Hingga saat ini Ustad
Somat belum menikah. Ya karena gadis-gadis yang diincarnya akhirnya tahu
belangnya ustad Somat. Hehehe…”
29.
Bapak : MERENUNGKAN
PERKATAAN USTAD SIDIQ. “Tapi, Pak Sidiq. Bapak ini kan sahabatnya. Kok malah
menjelek-jelekkan ustad Somat, bukannya membantunya?”
30.
Sidiq : GELAGAPAN “Oh Anu, yaa… saya tentu saja lebih
memikirkan kebaikan orang banyak tho, Pak. Masak saya membiarkan sahabat saya
berbuat seperti itu. Hehehe… Nah, kalau semua santri ustad somad berpindah ke
tempat saya. Kan dia nanti akan dating pada saya, Pak. Saat itulah saya akan
menasehatinya. Hhahahaha…” TERDENGAR SUARA ADZAN MAGRIB. USTAD
SIDIQ MASIH SANTAI SAMBIL MENYERUPUT LAGI KOPINYA.
31.
Bapak : “Yaa.. Semoga
Allah menunjukkan jalan yang terbaik untuk permasalahan ini. Kalau bagi saya
yang penting anak saya bisa memperdalam ilmu agama. Entah siapa saja ustadnya...”
MELIHAT KE EMAK YANG MENGISYARATKAN TANGANNYA UNTUK SHOLAT. “Sudah
adzan Magrib Pak Ustad. ...” PERKATAAN PAK JOKO RUPANYA TIDAK
DIGUBRIS OLEH USTAD SIDIQ.
32.
Sidiq :“Tahu tidak Pak Joko, Ustad Somad itu,
sebelum menjadi ustad beliau adalah seorang preman. Alhamdulillah setelah
diajak ibunya Umroh kelakuannya sudah mulai berubah...”
MENDENGAR ITU
EMAK MELENGOS, TIDAK SABAR IA PUN PERMISI MASUK KE DALAM.
33.
Emak : (BERDEHEM) “Maaf, Pak Ustad. Saya permisi ke
belakang dulu. Sudah Magrib. Lagian tidak baik merumpikan orang lain.”
34.
Sidiq : MANGGUT-MANGGUT “Oh
ya, Silahkan. Saya masih ingin ngobrol sebentar dengan Pak Joko.” UCAPNYA TANPA
DOSA DAN TIDAK MENYADARI EKSPRESI HERAN PAK JOKO.
35. Bapak : TERSENYUM “Oh,
ngapunten Pak Ustad. Bukankah Allah lebih menyukai orang yang tidak
menunda-nunda sholatnya?” MENDENGAR ITU USTAD SIDIQ SALAH
TINGKAH.
36. Sidiq : MANGGUT-MANGGUT, “Oh
iya. Iya, Pak. Betul sekali. Tapi tamu juga harus dimuliakan, Pak. Emh… tapi
baiklah, nanti saya masih harus mampir di tempat Pak RT juga. Mudah-mudahan
beliau belum berangkat ke masjid. Jadi sebaiknya saya permisi.
Assalamu’alaikum.”
37. Bapak : “Wa’alaikumsalam”
GELENG-GELENG KEPALA “Masyaallah,
ustad kok kayak begitu. Jadi ragu. Jangan-jangan ia hanya ustad gadungan. Ustad
KW. Astagfirullah… kok malah su’udzon.” MASUK KE RUMAH.
NARATOR:
Seminggu
berlalu. Sejak kejadian merebaknya isu ustad cabul. Ustad Somat pun
meninggalkan desa itu untuk pulang ke kampong halamannya. Akan tetapi
sepeninggal ustad Somat, semakin lama kelakuan ustad Sidiq semakin membuat
warga curiga. Tidak hanya Pak Joko dan Emak saja yang keheranan dengan
perilakunya. Para Santri yang ngaji dirumahnya pun lama-lama marah dengan
tuntutannya. Terlebih lagi Azizah. Sepulang mengaji ia selalu uring-uringan dan
memaki-maki ustad Sidiq.
ADEGAN III
SETTING: DI TERAS RUMAH AZIZAH. AZIZAH PULANG DAN MENGHENTAKKAN
DIRI KE KURSI. SAMBIL MENDESAH KESAL.
38.
Azizah : “Astaghfirullah… dunia
ini sudah mau kiamat apa ya? Akeh ustad
ra nggenah.”
39.
Emak : (MENGAMATI) “Kamu itu kenapa tho nduk? Muleh ngaji kok ngomyang
dhewe.” MENDEKAT DAN DUDUK DI SEBELAH AZIZAH.
40.
Azizah : “Ulah ustad Sidiq sekarang kok aneh-aneh
ya, Mak?” MELIHAT KE EMAK.
41.
Emak : (TERSENYUM) “Aneh piye tho Nduk?”
42.
Azizah : ”Ustad Sidiq
kemarin ndak ngajari ngaji malah menanyai para santri aneh-aneh gitu lho, Mak.
Seperti tentang keluarga, sekolah, pacar. Terus disuruh infaq per orang minimal
lima ribu dan…..”
43.
Emak : “Haah,
suruh mbayar, Nduk?” HERAN.
44.
Azizah : (MAKIN SEMANGAT) “Iya,
Mak!, Ya… Ustad Sidiq nyebutnya iuran sih. Tapi masak infaq kok ditentukan.
Bahkan Ustad Sidiq juga memberikan surat edaran untuk para orang tua wali
santri, Mak.” MENGAMBIL SEBUAH KERTAS DARI DALAM TAS
NGAJINYA.
45. Emak :PENASARAN DAN BURU-BURU MEMBACA EDARAN ITU. “Haaahh!!
Dua ratus ribu?? Masyaallah! Edyan tenan!” UCAP
EMAK LANTANG
46.
Bapak : KELUAR. MEMAKAI
KACAMATA SAMBIL MEMBAWA AL-QUR’AN. “Huss..
Sopo sing Edan?! Ini itu pada mbahas apa? Nganggu orang baru ngaji aja!”
47.
Emak : MENDEKATI BAPAK “Niki
lho, Pak. Monggo Bapak baca edarannya Ustad Sidiq untuk para santri. Rak yo
Radong tenan tho niku jenenge.” MENYERAHKAN KERTAS KE BAPAK.
48.
Bapak : MEMBACA SEJENAK, “Hmm…
sudah tidak wajar ini, Mak! Infaq 200 ribu
setiap santri ini akan banyak menuai emosi warga, Mak. Emak sendiri buktinya.
Reaksinya langsung begitu. Saya yakin, di luar sana pasti banyak yang protes.”
49.
Emak : MARAH, “Ustad
matre kayak gini apike yo digebuki wae.”
50.
Bapak :
MEMBENTAK, “Huss!! Istighfar Mak. Jangan emosi.”
51.
Emak :
“Astagfirullahal’adzim…. Benar dugaan saya tho, Pak. Ustad Sidiq itu meragukan,
tidak bisa dipercaya. Beda dengan ustad Somad dulu. Priyayine malah ndenakake.
Tulus ikhlas ngajari ngaji.” HENING SEJENAK SIBUK DENGAN PIKIRAN SENDIRI.
52.
Azizah : “Mak….
Pak, Azizah lebih baik berhenti mengaji pada ustad Sidiq. Jujur Azizah kok
lebih nyaman belajar ngaji dengan ustad Somad. Tapi Azizah bingung, kenapa
ustad Somad pergi dari kampong ini tanpa pamit. Apa benar yang dituduhkan Ustad
Sidiq kepada Ustad Somad itu?” BINGUNG.
53.
Bapak : BERPIKIR “Bapak
juga tidak tahu bagaimana yang sebenarnya, Nduk. Semoga segera ada titik terang
untuk masalah ini….dan ….” TERHENTI MENDENGAR SUARA
NURUL DATANG.
54.
Nurul : AGAK NGOS-NGOSAN “Azizah!...
Azizah!.” MENARIK NAFAS ”Eh, iya.. Slamat malam Pak,Emak..”
TERSENYUM KIKUK.
55.
Emak : “Kok
sajak ngos-ngosan ki ada apa tho cah ayu?!”
56.
Azizah : “Iya nih, Nurul kalau datang saja sudah
ngos-ngosan begini, Mak. Itu tandanya dia baru saja memata-matai sesuatu. Hayo
ngaku aja. Iya kan?”
57.
Nurul : CENGENGESAN “Hehe… iya nih.”
58.
Bapak : IKUT PENASARAN. ”Wis ndang critakno, Nduk!”
59.
Nurul : ”Beg.. begini Pak. Tadi sepulang ngaji, teman-teman
memberikan surat edaran dari Ustad Sidiq ke orang tua masing-masing. Nah, orang tua mereka... termasuk orang tua
saya marah besar Pak. Malah ada yang sudah lapor ke pak RT dan pak polisi juga
Pak. Sekarang lagi pada berbondong-bondong ke rumah kontrakan ustad Sidiq.”
60.
Azizah : ”Azizah ikut ke sana ya Pak?” MEMEGANG TANGAN NURUL DAN
HENDAK PERGI.
61.
Emak : ”Ndak Usah! Biar bapakmu saja yang kesana.”
62.
Bapak : ”Ya Bapak tak kesana. Tak ngewangi ngrampungke masalah.
Yo, Nduk, Nurul. Bapak diantar.” BERDIRI, MEMBENAHI SARUNG DAN KACAMATA.
63.
Nurul : ”Nggih, Pak. Mari saya antar. Azizah... ”BAPAK DAN
NURUL KELUAR PANGGUNG.
64.
Azizah : MANYUN. ”Azizah kok ndak boleh ikut tho, Mak?” BERDIRI
MONDAR-MANDIR ”Azizah, nyusul bapak ya, Mak?”
65.
Emak : AGAK MENAJAMKAN PANDANGAN ”Ndak Ussah!!” TEGAS.
66.
Azizah : ”Ugh... Emak!” MENJEJAKKAN KAKI KE LANTAI DAN MASUK KE
DALAM RUMAH.
EMAK
MENGAMBIL SAPU DAN MULAI MEMBERSIHKAN RUANGAN. BERHENTI SEJENAK DAN MENGAMBIL
RADIO YANG ADA DI MEJA.
67.
Emak : ”Eh, daripada stress
memikirkan si Ustad KW. Lha mbok yo nyetel ndangdutan. Ben semangat le
temandang gawe sore-sore.” MENCARI-CARI GELOMBANG RADIO YANG COCOK. TRUS
BERHENTI SAAT MENDAPATI LAGUNYA SOIMAH. ”Lha iki! Iki... Artis fenomenal asli
Mbantul! Soimah Pancawati!”
EMAK MULAI NYAPU SAMBIL SESEKALI GOYANG MENGIKUTI IRAMA
MUSIK. MEMAINKAN SAPU YANG DIPEGANGNYA. HINGGA AKHIRNYA BERHENTI KETIKA
MENDENGAR SUARA ORANG TERTAWA. PAK SLAMET BERDIRI SAMBIL KETAWA-KETIWI MELIHAT
TINGKAH EMAK.
68. Slamet : TERTAWA NGAKAK.
”Jiahahahaha..... Si emak joged oplosan.”
69.
Emak : BERHENTI JOGED, MELIHAT
SLAMET Woo lha.... ini namanya sedang berekspresi, ngerti?”
70.
Slamet : MLONGO. ”Oh... emak sedang
bereksesi... eh... bereksotis? Eh opo mau?”
71.
Emak : KESAL ”Berekspresi!! Mung
omong ngono wae ra iso.”
72.
Slamet : TERTAWA ”Oh ya sudah... saya
hanya numpang lewat, mau ke masjid. Mengambilkan buku tausiahnya Ustad
Somad!Pringisi... Mak.” BERJALAN.
73.
Emak :MARAH ”Permisi!!... kok
pringisi gundulmu!” BERPIKIR SEJENAK ”Eh... Eh... Met! Slamet! Sek... mengko
disik... mbeneo!” MENGIKUTI.
74.
Slamet : MENDEKAT ”A..a..ada apa,
Mak?”
75.
Emak : ”Lha saiki ustad Somad
dimana?” PENASARAN
76.
Slamet : ”Su..sudah balik ke sini.
Sekarang ya di rumahnya tho, Mak.”
77.
Emak : BINGUNG ”Lha kemarin ustad
somad sebenarnya pergi kemana?”
78.
Slamet : TIDAK MENJAWAB HANYA
NUNJUK-NUNJUK KE ARAH PINTU MASUK SISI KIRI.
79.
Emak : MELIHAT TINGKAH SLAMET, EMAK
JENGKEL. ”We lha ditakoni wong tuo je. Ustad Somad itu kemarin pergi ke mana?
Masyarakat sini itu pada heboh gosipin ustad somad yang ndak bener. Lha kok
malah ustad somad pergi. Rak yo pada bingung tho?”
80.
Slamet : KEMBALI NUNJUK-NUNJUK KE ARAH
USTAD SOMAD YANG SUDAH BERDIRI DI SISI PANGGUNG TANPA BICARA.
81.
Emak : HERAN ”Kowe ki nuding-nuding
opo... tho...”BERBALIK DAN MELIHAT USTAD SOMAD YANG TERSENYUM DISANA. ”Eh, Pak
Ustad Somad.” BERBALIK KE SLAMET ”Kok ndak bilang-bilang kalau ustad Somad
datang!”
82.
Ustad Somad : ”Assalamu’alaikum
Bu..” MENDEKAT
83.
Emak : SALAH TINGKAH
”Wa’alaikumsalam, monggo Pinarak Pak Ustad.” NGELAPI TEMPAT DUDUK.
”Monggo-monggo, silahkan duduk.”
84.
Ustad Somad : ”Terimakasih Bu.”
DUDUK DAN MEMANGGIL SLAMET. ”Slamet, tolong segera kamu kembalikan mobil sewaan
itu ke rental. Sudah saya bayar. Ini kuncinya.”
85.
Slamet : MENDEKAT DAN MENERIMA KUNCI,
”Nggih, Pak Ustad. Monggo Mak. Assalamu’alaikum.” KELUAR PANGGUNG.
86.
Emak : TERSENYUM. ”Maaf, lho Pak
Ustad.jika tadi tingkah saya tidak berkenan di hati panjenengan.”
87.
Bapak : DATANG ”Assalamu;alaikum”..
88.
Emak : BERDIRI, ”Wa’alaikumsalam.
Alhamdulillah sampeyan sudah pulang, Pak.” MEMINTA IJIN KE USTAD SOMAD.
”Permisi, Pak. Saya ke dalam dulu. Oh ya mau minum apa, Pak?”
89.
Ustad Somad : ”Oh, tidak usah
repot-repot, Bu. Saya tidak lama kok. Maturnuwun.”
90.
Bapak : DUDUK ”Alhamdulillah,
kedatangan ustad Somad, sungguh tepat. Masyarakat perlu klarifikasi dri
panjenengan, Pak. Tentu Pak Ustad juga sudah tahu bagaimana simpang siur kabar
beritanya. Belakangan ini tingkah Ustad Sidiq semakin tidak wajar dan sering
membuat marah warga.”
91.
Ustad Somad : MENGANGGUK
MANTAB. ”Ya. Pasti Pak. Untuk itu sy langsung ke sini. Bermaksud menemui Pak
Joko yang saya anggap cukup bijak untuk saya mintai pendapat. Ustad Sidiq itu
sahabat karib saya waktu kuliah. Namun karena tekanan batinnya, keluarganya
sempat mendatangkan psikolog rutin kerumahnya. Entah bagaimana perkembangannya
sekarang saya kurang tahu.”
92.
Bapak : HERAN. ”Maksud Pak Ustad,
Ustad Sidiq sempat mengalami gangguan jiwa?”
93.
Ustad Somad : MENGANGGUK, ”Ya yang
saya dengar.....” TERHENTI KARENA ADA SEORANG DOKTER DAN PERAWAT DATANG.
94.
Dokter : MENDEKAT ”Permisi, boleh kami
tahu dimana letak rumah kontrakan ustad Sidiq? Saya Dokter Psikologinya dari
Rumah Sakit Jiwa Cahaya Mulia. Saya dengar terakhir ia menjadi ustad di desa
ini. Pasien saya itu menghilang setelah saya nyatakan bahwa ia perlu di rawat
inap”
EMAK
DAN AZIZAH YANG SEJAK TADI MENGUPING PEMBICARAAN ITU TAK TAHAN KELUAR KARENA
PENASARAN
95.
Emak :”Jadi ustad Sidiq itu Gila,
Dok?!” TANYA EMAK LANTANG
96.
Dokter : ”Ya!” MENGHADAP KE PERAWAT.
”Coba mana catatan medisnya.”
97.
Perawat : MEMBUKA-BUKA KERTAS DALAM MAP
YANG DIBAWANYA. MENGAMBIL SELEMBAR DAN DISERAHKAN KE DOKTER ”Ini Dok. Atas nama
Sidiq Mustofa.”
98.
Dokter : ”Dari rekap medis, belum ada
perkembangan signifikan. Ia perlu perawatan psikologis dan belum siap hidup di
tengah masyarakat. Bu.”
99.
Azizah : MARAH ”Dasar Ustad KW, Orang
gila saja sok-sokan jadi ustad! Nah, Pak. Jelas kan sekarang siapa yang salah. ”
DI LUAR PANGGUNG TERDENGAR SUARA RIBUT-RIBUT WARGA. NURUL DATANG DENGAN
NAFAS NGOS-NGOSAN.
100.
Nurul : ”Pak!.. Pak Joko... Aduh
gimana ini, Maaf... itu warga ngamuk lagi. Itu.... Di sana! pada mau ngepruki
Ustad Sidiq. Karena ustad Sidiq tadi juga ngamuk dan melempari warga dengan
batu, Pak. Ayo Cepat, Pak!! kita kesana!”
101.
Bapak : BERDIRI KAGET.
BERPANDANG-PANDANGAN DENGAN USTAD SOMAD. ”Tampaknya sudah sangat gawat dan saya
rasa Pak Ustad juga harus kesana.”
102.
Emak : NGGAK SABAR. ”Ah, sudahh... ayo semua kesana saja!”
MELANGKAH KELUAR PANGGUNG.
103.
Nurul : ”Iya!.. ayo cepat Mak.”
MENGIKUTI EMAK
104.
Azizah : ”Izah ikut, Mak... tunggu!” BERLARI MENGEJAR EMAK DAN
NURUL.
105.
Bapak : ”Mari Pak Ustad, Dokter.
Sebaiknya kita segera menyusul kesana..”
SEMUA KELUAR PANGGUNG. PANGGUNG KOSONG
H E N N I N G........... (Musik...)
NARATOR:
……………………………..(MENYUSUL……
BELUM KETEMU AYATNYA)
(Musik meninggi)
DEMIKIANLAH
pemirsa, telah kita saksikan bersama persembahan drama yang berjudul “USTAD
KW” karya : Yulian Istiqomah. Kami segenap kru yang terlibat mengucapkan
terimakasih dan SAMPAI JUMPA!!
(The-End)