Jumat, 03 November 2017

USTAD KW

 USTAD KW~~~Karya: Yulian Istiqomah (Tahun 2014)

 (dengan iringan music) oleh narator
 (musik meninggi sejenak)
Para pemirsa… Klub “Teater FATWA” MTsN Sumberagung Jetis Bantul di bawah bimbingan Ibu Yulian Istiqomah dan Ibu Lutfiatul Khasanah, segenap kru Poduksi, dan Supervisor Muh. Annas Bangkit Widyanarta dengan BANGGA…. mempersembahkan sebuah drama musical yang berjudul “USTAD KW” Karya Aldo Adriansyah dan Yulian Istiqomah, dengan Pemain :Ferinda sebagai Azizah,Yahya sebagai Bapak, Erli  Sebagai Emak, Rio Sebagai Ustad Sidiq, Howingsan sebagai Nurul, Wisnu sebagai Slamet, Virama sebagai Dokter, El-Rafi sebagai Ustad Somad dan Ratna sebagai Perawat.
----------Selamat Menyaksikan!!.......
ADEGAN I
SETTING:
DI SEBUAH TERAS RUMAH. TAMPAK AZIZAH SEDANG DUDUK DI TERAS RUMAH SAMBIL MEMPERSIAPKAN MUKENA DAN ALQUR’AN YANG HENDAK DIBAWANYA MENGAJI.
1.         Azizah : “Bismillahirahmanirahiim… semoga saja niat baikku ini diridhai oleh Allah. Membentuk generasi islami tidak bisa instan. Harus dibiasakan! Semangat!!” SAMBIL MENGENAKAN TASNYA. AZIZAH BERTERIAK MEMANGGIL EMAKNYA.  “Mak…Maak…!”
2.       Emak        : “Ono opo tho nduk? Mamak baru nanggung ngliwet je. Lha ndi kancamu kok durung ngampiri?
3.       Azizah : “Anu, Mak. Azizah berangkat ngaji duluan saja. Nurul nanti biar nyusul. Assalamu’alaikum  AZIZAH BERSALAMAN DAN MENCIUM TANGAN EMAKNYA. KETIKA HAMPIR BERLALU TIBA-TIBA SAJA NURUL DATANG SAMBIL BERLARI-LARIAN.
4.      Nurul  : “Azizah!!!... tunggu-tunggu IA NAMPAK NGOS-NGOSAN. “Temen-temen mendadak ndak mau ngaji di tempat ustad Somad.”
5.      Azizah : “Astaghfirullah… memangnya kenapa, Rul. Kok aneh sekali. Kemarin kita kan sudah berjanji mau bersungguh-sungguh mengaji?MENATAP NURUL HERAN.
6.      Nurul  : “Begini, teman-teman mendadak takut karena isunya… ustad Somad itu cabul. Makanya santri yang diterimanya perempuan semua.”
7.      Emak   : “Masyaallah… jangan ngawur kamu, Nduk!”
8.      Azizah : “Iya, Rul. Jangan ikut-ikutan menyebarkan Fitnah.”
9.      Nurul  : “Haduh! Mak, saya itu ndak bohong. Si Fatimah yang jadi korbannya ustad Somat. Ya… saya juga ndak dengar langsung sih.tapi orang-orang baru heboh ngomongin ini, Mak.”
10.  Azizah : “trus kita ngaji dimana dong, Rul?” BINGUNG.
11.  Nurul  : “Temen-temen trus mau ngaji di tempatnya ustad Sidiq, sahabatnya ustad Somad katanya. Yuk kita cari tahu.” MENARIK TANGANNYA AZIZAH KELUAR PANGGUNG.
12.  Azizah : “Pergi dulu, Mak. Assalamu’alaikum…” SAMBIL BERJALAN KELUAR PANGGUNG.
13.  Emak   : “Yo, Nduk. Sing ati-ati!” MERENUNG SEJENAK. LANTAS SEOLAH MENCIUM BAU SESUATU. “Walah, mambu opo tho iki ki?” BINGUNG. “Kok Koyo mambu Goss….. Masyaallah… liwetku gosong!” NGIBRIT MASUK KE DALAM RUMAH.
ADEGAN II
SETTING: DI TERAS RUMAH AZIZAH. BAPAK PULANG DARI SAWAH. MEMAKAI CAPING DAN TERLIHAT KELELAHAN.
14.  Bapak  : Alhamdulillah… akhirnya sampai di rumah juga. Sayah tenan!!MENGAMBIL RADIO YANG ADA DI MEJA DAN MULAI MENCARI SIARAN, LALU BERHENTI KETIKA TERDENGAR SEBUAH BERITA.
Berita            ”Para Pemirsa, Seorang gadis cantik telah menjadi korban seorang ustad cabul di sebuah dusun di Kab. Gunung Kidul. Kasus ini merebak dan membuat panik semua orang tua santri yang putrinya belajar agama pada ustad tersebut. Namun, hingga saat ini belum jelas dimana keberadaan gadis cantik itu, sehingga warga dan pihak berwajib yang dilapori tentang kasus tersebut belum mendapatkan bukti yang kongkrit, sehingga kasus ustad cabul ini masih menjadi isu yang meresahkan warga, meskipun sang ustad mengaku tidak pernah melakukan apa yang telah dituduhkan warga padanya...”
15.  Bapak  : ”Mak.... Makne!!...” RESAH MEMATIKAN RADIO DAN MEMANGGIL EMAK.
16.  Emak   : ”Ono opo tho, Pak? Ini diminum dulu kopinya.” DUDUK MENYUGUHKAN KOPI. SAAT SEDANG MENIKMATI KOPI. USTAD SIDIQ DATANG.
17.  Sidiq  : ”Assalamu’alaikum Pak Joko. Wuah... sedang santai nih?”
18.  Bapak  : ”Wa’alaikumsalam. Monggo Pak Ustad!”
19.  Sidiq   : ”Wah... terima kasih, Pak Joko.” DUDUK ”Sebenarnya saya kesini mau bertanya.. apakah bapak sudah mendengar isu tentang ustad Somad?”
MENDENGAR ITU BAPAK DAN EMAK KAGET DAN MERASA ANEH. USTAD KOK DATANG CUMA NGAJAK NGRUMPI.

20.     Bapak  : Lho memangnya ada apa dengan ustad Somat tho, Pak? Bukankah ustad Somat itu sahabat karib panjenengan? Anak saya juga sering ngaji di sana.BAPAK HERAN.
21.  Sidiq  :”Nah, itu! Akan saya beri bocoran. Tapi kalau boleh... kayaknya kopinya enak itu, Pak! Hehehehe.... ” MENDENGAR ITU EMAK MENJEB SEDANG BAPAK MEMBERI KODE AGAR DIAMBILKAN.
22.  Bapak  : “Memangnya ada apa dengan ustad Somad tho, Pak? Setahu saya beliau sosok yang baik dan santun.EMAK DAT.ANG MEMBAWAKAN KOPI UNTUK USTAD SIDIQ.
23.  Emak   : Monggo, Den… eh Pak Kyai. Diminum dulu kopinya. Ngapunten, ndak ada camilannya.
24.  Sidiq      : SEGERA MEMINUM KOPINYA SEOLAH BEGITU KEHAUSAN. Alhamdulillah, hmm…. sayang tidak ada camilannya. Padahal saya lapar sekali…” MENDENGAR UCAPAN USTAD SIDIQ YANG SEOLAH DIUCAPKAN TANPA SADAR ITU. EMAK DAN BAPAK DIAM, SALING BERPANDANGAN KEHERANAN.
25.  Sidiq      :MENYADARI UCAPANNYA. “Oh… maksud saya, hehehe… saya mengaji teruuus dari pagi hingga petang. Ya.. membaca Al- Qur’an. Hehehe… Maklum saya ini kan seorang ustad, jadi semangat mengaji saya harus melebihi santri-santri saya dong. Nah, sampai-sampai sering lupa makan. Begitu maksud saya. Hehehehe” MENJELASKAN DENGAN GAYA BERLEBIHAN.
26.  Emak   :Oh… hehehe. Bagus itu, Pak. Putri saya akan saya suruh ngaji di tempat Bapak saja. Daripada di tempat ustad Somat yang cabul itu? MENDENGAR ITU USTAD SIDIQ TERTAWA, SEDANGKAN BAPAK LANGSUNG MENATAP EMAK TAJAM.
27.  Bapak  : “Huss… jangan ngawur, Mak. Bapak kok masih tidak percaya Ustad Somat begitu.”
28.  Sidiq  : Apa yang dikatakan istri panjenengan betul. Memang saya ini pendatang, tetapi saya kan sahabat Ustad Somat. Jadi, saya ini ya tahu betul bagaimana sebenarnya ustad Somat itu. Baik setelah menjadi ustad atau belum. Hingga saat ini Ustad Somat belum menikah. Ya karena gadis-gadis yang diincarnya akhirnya tahu belangnya ustad Somat. Hehehe…”
29.  Bapak  : MERENUNGKAN PERKATAAN USTAD SIDIQ. “Tapi, Pak Sidiq. Bapak ini kan sahabatnya. Kok malah menjelek-jelekkan ustad Somat, bukannya membantunya?”  
30.  Sidiq  : GELAGAPAN Oh Anu, yaa… saya tentu saja lebih memikirkan kebaikan orang banyak tho, Pak. Masak saya membiarkan sahabat saya berbuat seperti itu. Hehehe… Nah, kalau semua santri ustad somad berpindah ke tempat saya. Kan dia nanti akan dating pada saya, Pak. Saat itulah saya akan menasehatinya. Hhahahaha… TERDENGAR SUARA ADZAN MAGRIB. USTAD SIDIQ MASIH SANTAI SAMBIL MENYERUPUT LAGI KOPINYA.
31.  Bapak :Yaa.. Semoga Allah menunjukkan jalan yang terbaik untuk permasalahan ini. Kalau bagi saya yang penting anak saya bisa memperdalam ilmu agama. Entah siapa saja ustadnya...” MELIHAT KE EMAK YANG MENGISYARATKAN TANGANNYA UNTUK SHOLAT. Sudah adzan Magrib Pak Ustad. ...” PERKATAAN PAK JOKO RUPANYA TIDAK DIGUBRIS OLEH USTAD SIDIQ.
32.  Sidiq :Tahu tidak Pak Joko, Ustad Somad itu, sebelum menjadi ustad beliau adalah seorang preman. Alhamdulillah setelah diajak ibunya Umroh kelakuannya sudah mulai berubah...”
MENDENGAR ITU EMAK MELENGOS, TIDAK SABAR IA PUN PERMISI MASUK KE DALAM.

33.  Emak  : (BERDEHEM) Maaf, Pak Ustad. Saya permisi ke belakang dulu. Sudah Magrib. Lagian tidak baik merumpikan orang lain.
34.  Sidiq  : MANGGUT-MANGGUT Oh ya, Silahkan. Saya masih ingin ngobrol sebentar dengan Pak Joko.” UCAPNYA TANPA DOSA DAN TIDAK MENYADARI EKSPRESI HERAN PAK JOKO.
35.  Bapak : TERSENYUM Oh, ngapunten Pak Ustad. Bukankah Allah lebih menyukai orang yang tidak menunda-nunda sholatnya?” MENDENGAR ITU USTAD SIDIQ SALAH TINGKAH.
36.  Sidiq   : MANGGUT-MANGGUT, Oh iya. Iya, Pak. Betul sekali. Tapi tamu juga harus dimuliakan, Pak. Emh… tapi baiklah, nanti saya masih harus mampir di tempat Pak RT juga. Mudah-mudahan beliau belum berangkat ke masjid. Jadi sebaiknya saya permisi. Assalamu’alaikum.
37.  Bapak : “Wa’alaikumsalam” GELENG-GELENG KEPALA Masyaallah, ustad kok kayak begitu. Jadi ragu. Jangan-jangan ia hanya ustad gadungan. Ustad KW. Astagfirullah… kok malah su’udzon.” MASUK KE RUMAH.

NARATOR:
Seminggu berlalu. Sejak kejadian merebaknya isu ustad cabul. Ustad Somat pun meninggalkan desa itu untuk pulang ke kampong halamannya. Akan tetapi sepeninggal ustad Somat, semakin lama kelakuan ustad Sidiq semakin membuat warga curiga. Tidak hanya Pak Joko dan Emak saja yang keheranan dengan perilakunya. Para Santri yang ngaji dirumahnya pun lama-lama marah dengan tuntutannya. Terlebih lagi Azizah. Sepulang mengaji ia selalu uring-uringan dan memaki-maki ustad Sidiq.

ADEGAN III
SETTING: DI TERAS RUMAH AZIZAH. AZIZAH PULANG DAN MENGHENTAKKAN DIRI KE KURSI. SAMBIL MENDESAH KESAL.
38.  Azizah          : Astaghfirullah… dunia ini sudah  mau kiamat apa ya? Akeh ustad ra nggenah.”
39.  Emak       : (MENGAMATI) “Kamu itu kenapa tho nduk? Muleh ngaji kok ngomyang dhewe.” MENDEKAT DAN DUDUK DI SEBELAH AZIZAH.
40.  Azizah     :Ulah ustad Sidiq sekarang kok aneh-aneh ya, Mak?” MELIHAT KE EMAK.
41.  Emak       : (TERSENYUM) Aneh piye tho Nduk?
42.  Azizah     : ”Ustad Sidiq kemarin ndak ngajari ngaji malah menanyai para santri aneh-aneh gitu lho, Mak. Seperti tentang keluarga, sekolah, pacar. Terus disuruh infaq per orang minimal lima ribu dan…..
43.  Emak       : “Haah, suruh mbayar, Nduk?” HERAN.
44.  Azizah     : (MAKIN SEMANGAT) Iya, Mak!, Ya… Ustad Sidiq nyebutnya iuran sih. Tapi masak infaq kok ditentukan. Bahkan Ustad Sidiq juga memberikan surat edaran untuk para orang tua wali santri, Mak. MENGAMBIL SEBUAH KERTAS DARI DALAM TAS NGAJINYA.
45.  Emak       :PENASARAN DAN BURU-BURU MEMBACA EDARAN ITU.  Haaahh!! Dua ratus ribu?? Masyaallah! Edyan tenan! UCAP EMAK LANTANG
46.  Bapak      : KELUAR. MEMAKAI KACAMATA SAMBIL MEMBAWA AL-QUR’AN. Huss.. Sopo sing Edan?! Ini itu pada mbahas apa? Nganggu orang baru ngaji aja!
47.  Emak       : MENDEKATI BAPAKNiki lho, Pak. Monggo Bapak baca edarannya Ustad Sidiq untuk para santri. Rak yo Radong tenan tho niku jenenge. MENYERAHKAN KERTAS KE BAPAK.
48.  Bapak      : MEMBACA SEJENAK,Hmm… sudah tidak wajar ini, Mak! Infaq 200 ribu setiap santri ini akan banyak menuai emosi warga, Mak. Emak sendiri buktinya. Reaksinya langsung begitu. Saya yakin, di luar sana pasti banyak yang protes.
49.  Emak       : MARAH, “Ustad matre kayak gini apike yo digebuki wae.”
50.  Bapak      : MEMBENTAK, “Huss!! Istighfar Mak. Jangan emosi.”
51.  Emak       : “Astagfirullahal’adzim…. Benar dugaan saya tho, Pak. Ustad Sidiq itu meragukan, tidak bisa dipercaya. Beda dengan ustad Somad dulu. Priyayine malah ndenakake. Tulus ikhlas ngajari ngaji.” HENING SEJENAK SIBUK DENGAN PIKIRAN SENDIRI.
52.  Azizah     : Mak…. Pak, Azizah lebih baik berhenti mengaji pada ustad Sidiq. Jujur Azizah kok lebih nyaman belajar ngaji dengan ustad Somad. Tapi Azizah bingung, kenapa ustad Somad pergi dari kampong ini tanpa pamit. Apa benar yang dituduhkan Ustad Sidiq kepada Ustad Somad itu?” BINGUNG.
53.                     Bapak     : BERPIKIRBapak juga tidak tahu bagaimana yang sebenarnya, Nduk. Semoga segera ada titik terang untuk masalah ini….dan ….TERHENTI MENDENGAR SUARA NURUL DATANG.
54.  Nurul      : AGAK NGOS-NGOSAN Azizah!... Azizah!.” MENARIK NAFAS ”Eh, iya.. Slamat malam Pak,Emak..” TERSENYUM KIKUK.
55.  Emak       : Kok sajak ngos-ngosan ki ada apa tho cah ayu?!”
56.  Azizah     : “Iya nih, Nurul kalau datang saja sudah ngos-ngosan begini, Mak. Itu tandanya dia baru saja memata-matai sesuatu. Hayo ngaku aja. Iya kan?”
57.  Nurul      : CENGENGESAN “Hehe… iya nih.”
58.  Bapak      : IKUT PENASARAN. ”Wis ndang critakno, Nduk!”
59.  Nurul      : ”Beg.. begini Pak. Tadi sepulang ngaji, teman-teman memberikan surat edaran dari Ustad Sidiq ke orang tua masing-masing.  Nah, orang tua mereka... termasuk orang tua saya marah besar Pak. Malah ada yang sudah lapor ke pak RT dan pak polisi juga Pak. Sekarang lagi pada berbondong-bondong ke rumah kontrakan ustad Sidiq.”      
60.  Azizah     : ”Azizah ikut ke sana ya Pak?” MEMEGANG TANGAN NURUL DAN HENDAK PERGI.
61.  Emak       : ”Ndak Usah! Biar bapakmu saja yang kesana.”
62.  Bapak      : ”Ya Bapak tak kesana. Tak ngewangi ngrampungke masalah. Yo, Nduk, Nurul. Bapak diantar.” BERDIRI, MEMBENAHI SARUNG DAN KACAMATA.
63.  Nurul      : ”Nggih, Pak. Mari saya antar. Azizah... ”BAPAK DAN NURUL KELUAR PANGGUNG.
64.  Azizah     : MANYUN. ”Azizah kok ndak boleh ikut tho, Mak?” BERDIRI MONDAR-MANDIR ”Azizah, nyusul bapak ya, Mak?”
65.  Emak       : AGAK MENAJAMKAN PANDANGAN ”Ndak Ussah!!” TEGAS.
66.  Azizah     : ”Ugh... Emak!” MENJEJAKKAN KAKI KE LANTAI DAN MASUK KE DALAM RUMAH.

EMAK MENGAMBIL SAPU DAN MULAI MEMBERSIHKAN RUANGAN. BERHENTI SEJENAK DAN MENGAMBIL RADIO YANG ADA DI MEJA.

67.  Emak       : ”Eh, daripada stress memikirkan si Ustad KW. Lha mbok yo nyetel ndangdutan. Ben semangat le temandang gawe sore-sore.” MENCARI-CARI GELOMBANG RADIO YANG COCOK. TRUS BERHENTI SAAT MENDAPATI LAGUNYA SOIMAH. ”Lha iki! Iki... Artis fenomenal asli Mbantul! Soimah Pancawati!”

EMAK MULAI NYAPU SAMBIL SESEKALI GOYANG MENGIKUTI IRAMA MUSIK. MEMAINKAN SAPU YANG DIPEGANGNYA. HINGGA AKHIRNYA BERHENTI KETIKA MENDENGAR SUARA ORANG TERTAWA. PAK SLAMET BERDIRI SAMBIL KETAWA-KETIWI MELIHAT TINGKAH EMAK.

68.  Slamet          : TERTAWA NGAKAK. ”Jiahahahaha..... Si emak joged oplosan.”
69.  Emak       : BERHENTI JOGED, MELIHAT SLAMET Woo lha.... ini namanya sedang berekspresi, ngerti?”
70.  Slamet     : MLONGO. ”Oh... emak sedang bereksesi... eh... bereksotis? Eh opo mau?”
71.  Emak       : KESAL ”Berekspresi!! Mung omong ngono wae ra iso.”
72.  Slamet     : TERTAWA ”Oh ya sudah... saya hanya numpang lewat, mau ke masjid. Mengambilkan buku tausiahnya Ustad Somad!Pringisi... Mak.” BERJALAN.
73.  Emak       :MARAH ”Permisi!!... kok pringisi gundulmu!” BERPIKIR SEJENAK ”Eh... Eh... Met! Slamet! Sek... mengko disik... mbeneo!” MENGIKUTI.
74.  Slamet     : MENDEKAT ”A..a..ada apa, Mak?”
75.  Emak       : ”Lha saiki ustad Somad dimana?” PENASARAN
76.  Slamet     : ”Su..sudah balik ke sini. Sekarang ya di rumahnya tho, Mak.”
77.  Emak       : BINGUNG ”Lha kemarin ustad somad sebenarnya pergi kemana?”
78.  Slamet     : TIDAK MENJAWAB HANYA NUNJUK-NUNJUK KE ARAH PINTU MASUK SISI KIRI.
79.  Emak       : MELIHAT TINGKAH SLAMET, EMAK JENGKEL. ”We lha ditakoni wong tuo je. Ustad Somad itu kemarin pergi ke mana? Masyarakat sini itu pada heboh gosipin ustad somad yang ndak bener. Lha kok malah ustad somad pergi. Rak yo pada bingung tho?”
80.  Slamet     : KEMBALI NUNJUK-NUNJUK KE ARAH USTAD SOMAD YANG SUDAH BERDIRI DI SISI PANGGUNG TANPA BICARA.
81.  Emak       : HERAN ”Kowe ki nuding-nuding opo... tho...”BERBALIK DAN MELIHAT USTAD SOMAD YANG TERSENYUM DISANA. ”Eh, Pak Ustad Somad.” BERBALIK KE SLAMET ”Kok ndak bilang-bilang kalau ustad Somad datang!”
82.  Ustad Somad : ”Assalamu’alaikum Bu..” MENDEKAT
83.  Emak       : SALAH TINGKAH ”Wa’alaikumsalam, monggo Pinarak Pak Ustad.” NGELAPI TEMPAT DUDUK. ”Monggo-monggo, silahkan duduk.”
84.  Ustad Somad : ”Terimakasih Bu.” DUDUK DAN MEMANGGIL SLAMET. ”Slamet, tolong segera kamu kembalikan mobil sewaan itu ke rental. Sudah saya bayar. Ini kuncinya.”
85.  Slamet     : MENDEKAT DAN MENERIMA KUNCI, ”Nggih, Pak Ustad. Monggo Mak. Assalamu’alaikum.” KELUAR PANGGUNG.
86.  Emak       : TERSENYUM. ”Maaf, lho Pak Ustad.jika tadi tingkah saya tidak berkenan di hati panjenengan.”
87.  Bapak      : DATANG ”Assalamu;alaikum”..
88.  Emak       : BERDIRI, ”Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah sampeyan sudah pulang, Pak.” MEMINTA IJIN KE USTAD SOMAD. ”Permisi, Pak. Saya ke dalam dulu. Oh ya mau minum apa, Pak?”
89.  Ustad Somad : ”Oh, tidak usah repot-repot, Bu. Saya tidak lama kok. Maturnuwun.”
90.  Bapak      : DUDUK ”Alhamdulillah, kedatangan ustad Somad, sungguh tepat. Masyarakat perlu klarifikasi dri panjenengan, Pak. Tentu Pak Ustad juga sudah tahu bagaimana simpang siur kabar beritanya. Belakangan ini tingkah Ustad Sidiq semakin tidak wajar dan sering membuat marah warga.”
91.  Ustad Somad : MENGANGGUK MANTAB. ”Ya. Pasti Pak. Untuk itu sy langsung ke sini. Bermaksud menemui Pak Joko yang saya anggap cukup bijak untuk saya mintai pendapat. Ustad Sidiq itu sahabat karib saya waktu kuliah. Namun karena tekanan batinnya, keluarganya sempat mendatangkan psikolog rutin kerumahnya. Entah bagaimana perkembangannya sekarang saya kurang tahu.”
92.  Bapak      : HERAN. ”Maksud Pak Ustad, Ustad Sidiq sempat mengalami gangguan jiwa?”
93.  Ustad Somad : MENGANGGUK, ”Ya yang saya dengar.....” TERHENTI KARENA ADA SEORANG DOKTER DAN PERAWAT DATANG.
94.  Dokter     : MENDEKAT ”Permisi, boleh kami tahu dimana letak rumah kontrakan ustad Sidiq? Saya Dokter Psikologinya dari Rumah Sakit Jiwa Cahaya Mulia. Saya dengar terakhir ia menjadi ustad di desa ini. Pasien saya itu menghilang setelah saya nyatakan bahwa ia perlu di rawat inap”
EMAK DAN AZIZAH YANG SEJAK TADI MENGUPING PEMBICARAAN ITU TAK TAHAN KELUAR KARENA PENASARAN

95.  Emak       :”Jadi ustad Sidiq itu Gila, Dok?!” TANYA EMAK LANTANG
96.  Dokter     : ”Ya!” MENGHADAP KE PERAWAT. ”Coba mana catatan medisnya.”
97.  Perawat    : MEMBUKA-BUKA KERTAS DALAM MAP YANG DIBAWANYA. MENGAMBIL SELEMBAR DAN DISERAHKAN KE DOKTER ”Ini Dok. Atas nama Sidiq Mustofa.”
98.  Dokter     : ”Dari rekap medis, belum ada perkembangan signifikan. Ia perlu perawatan psikologis dan belum siap hidup di tengah masyarakat. Bu.”
99.  Azizah     : MARAH ”Dasar Ustad KW, Orang gila saja sok-sokan jadi ustad! Nah, Pak. Jelas kan sekarang siapa yang salah. ”

DI LUAR PANGGUNG TERDENGAR SUARA RIBUT-RIBUT WARGA. NURUL DATANG DENGAN NAFAS NGOS-NGOSAN.

100.                                                       Nurul    : ”Pak!.. Pak Joko... Aduh gimana ini, Maaf... itu warga ngamuk lagi. Itu.... Di sana! pada mau ngepruki Ustad Sidiq. Karena ustad Sidiq tadi juga ngamuk dan melempari warga dengan batu, Pak. Ayo Cepat, Pak!! kita kesana!”
101.                                                       Bapak    : BERDIRI KAGET. BERPANDANG-PANDANGAN DENGAN USTAD SOMAD. ”Tampaknya sudah sangat gawat dan saya rasa Pak Ustad juga harus kesana.”
102.                                                       Emak : NGGAK SABAR. ”Ah, sudahh... ayo semua kesana saja!” MELANGKAH KELUAR PANGGUNG.
103.                                                       Nurul    : ”Iya!.. ayo cepat Mak.” MENGIKUTI EMAK
104.                                                       Azizah   : ”Izah ikut, Mak... tunggu!” BERLARI MENGEJAR EMAK DAN NURUL.
105.                                                       Bapak    : ”Mari Pak Ustad, Dokter. Sebaiknya kita segera menyusul kesana..”
SEMUA KELUAR PANGGUNG. PANGGUNG KOSONG

H E N N I N G........... (Musik...)

NARATOR:

……………………………..(MENYUSUL…… BELUM KETEMU AYATNYA)



(Musik meninggi)
            DEMIKIANLAH pemirsa, telah kita saksikan bersama persembahan drama yang berjudul “USTAD KW” karya : Yulian Istiqomah. Kami segenap kru yang terlibat mengucapkan terimakasih dan SAMPAI JUMPA!!                                       
(The-End)